fbpx

IkadiDIY.com

Naskah Khutbah Jumat 15 Oktober 2021 Edisi 275, Ikadi DIY: AKIBAT BERBUAT ZALIM

AKIBAT BERBUAT ZALIM

Oleh: Ust. Mochammad Arief Makruf, S.Si.
(Bidang Humas dan Organisasi, PW Ikadi DIY)

 

Download PDF Materi Khutbah Jumat Ikadi klik dibawah ini:

 

Download MS Word Materi Khutbah Jumat Ikadi klik dibawah ini:

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِه، وَجَعَلَهُ مُحَرَّمًا بَيْنَ مَخْلُوْقَاتِه، وَبَيَّنَ عَاقِبَةَ الظَّالِمِيْنَ عَلَى لِسَانِ رَسُوْلِه.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، جَلَّ فِيْ عُلَاهُ وَتَعَالَى فِي جَبَرُوْتِه،  وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، مُرْشِدُ أَتْبَاعِهِ وَنَاصِحُ أُمَّتِه.

صَلَّ اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُم إِلَى يَوْمِ الدِّيْن، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

 أَمَّا بَعْدُ؛

 فَيَا عِبَادَ الله، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: ((يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ))

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Adalah  Said bin Jubair, seorang ulama dari kalangan tabiin yang sangat alim, tawadhu’ sekaligus pemberani. Ia hidup sezaman dengan seorang gubernur Daulah Bani Umayyah yang zalim bernama Hajjaj bin Yusuf. Sejarah mencatat Hajjaj sebagai penguasa yang sangat mudah membunuh siapa pun yang bermusuhan dengannya, termasuk para ulama yang salih.

Daulah Bani Umayyah merupakan kekhilafahan yang didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan, setelah konflik politik dengan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah yang sah. Ia tidak setuju dengan kebijakan Ali yang tidak menghukum orang-orang yang membunuh Utsman bin Affan Radhiyallahu ’anhum ajma’in. Dalam perkembangannya, Daulah Bani Umayyah menjadikan semua orang yang membela Ali bin Abi Thalib sebagai musuh negara.

Dikisahkan oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitab Siyar A’lam An-Nubala`, suatu ketika Hajjaj bin Yusuf menginterogasi Said bin Jubair. Said dipaksa menjawab pertanyaan Hajjaj bin Yusuf yang sangat tendensius: Apakah Ali bin Abi Thalib masuk neraka?

Said bin Jubair menjawab, ”Jika engkau telah masuk neraka, maka engkau akan tahu siapa saja yang berada di dalamnya, dan di saat itulah pertanyaanmu akan dijawab.”

Tidak terima dengan jawaban ini maka dibunuhlah Said bin Jubair. Sebelum eksekusi dilaksanakan, Said bin Jubair sempat berdoa, “Ya Allah, janganlah engkau memberinya kesempatan untuk membunuh seorang pun setelah aku.”

Allah kabulkan doa Said bin Jubair. Belum sampai sebulan sejak kesyahidannya, Hajjaj bin Yusuf mati di tahun yang sama dan tak sempat membunuh satu orang pun setelah syahidnya Said bin Jubair.

Menjelang kematiannya, Hajjaj bin Yusuf dikejar-kejar mimpi buruk. Dalam mimpinya, ia dihukum atas kezaliman dari setiap nyawa yang dihilangkannya. Khusus untuk Said bin Jubair, dalam mimpinya ia dibunuh sebanyak 70 kali.

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Kisah Hajjaj bin Yusuf di atas adalah gambaran perilaku zalim yang sangat keji. Terlebih, kezaliman itu dilakukan kepada seorang ulama besar pada masa tabiin. Sangat keras azab Allah kepada para pelaku kezaliman. Oleh karenanya janganlah sedikit pun berbuat zalim, karena ia akan membawa akibat yang buruk lagi menyengsarakan, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana sabda Nabi shallallahualaihi wasallam,

عَنْ أَبِـيْ ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَـا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ: ((يَا عِبَادِيْ! إِنِّـيْ حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَـى نَفْسِيْ، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَـكُمْ مُحَرَّمًا؛ فَلاَ تَظَالَـمُوْا…))

“Dari Abu Dzar al-Ghifari radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahualaihi wasallam meriwayatkan firman Allah ‘azza wajalla, Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian. Maka, janganlah kalian saling menzalimi…” (H.r. Muslim)

Zalim adalah lawan dari adil. Ia merupakan bentuk pelanggaran dan menjadi penyebab munculnya permusuhan karena merampas hak dan menyakiti manusia yang lain. Dan yang perlu diingat, kezaliman penguasa terhadap rakyat jauh lebih berbahaya dan lebih buruk dampaknya, karena mereka memiliki perangkat serta sarana yang memudahkan tindakannya.

Rasulullah shallallahualaihi wasallam pernah mendoakan para penguasa agar mendapatkan kebaikan jika mereka berbuat baik dan mendoakan kesusahan jika mereka menyusahkan rakyat. Dalam sebuah hadis disebutkan,

اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ

Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia mempersulit urusan mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia.” (H.r. Muslim dan Ahmad)

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Apa akibat yang dialami jika berbuat zalim?

Pertama, kezaliman akan menjadikan pelakunya menjadi orang yang bangkrut di akhirat. Dalam sebuah hadis dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bertanya,

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِس؟ قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاع. فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِه، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِه. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ.

”Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.” Tetapi Nabi shallallahu  ‘alaihi wasallam berkata, ”Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, tetapi (ketika di dunia) dia telah mencaci, menuduh, makan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.” (H.r. Muslim)

Kedua,  didoakan dengan keburukan oleh pihak yang dizalimi. Doa orang yang terzalimi dikabulkan Allah, termasuk jika orang yang terzalimi mendoakan keburukan bagi yang menzaliminya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهَا لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابُ

Berhati-hatilah kamu terhadap doanya orang yang dizalimi karena antara doanya dan Allah tidak ada penghalangnya.” (Muttafaq Alaih)

Ketiga, perbuatan zalim menjadi sebab munculnya bencana dan petaka. Sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala,

فَكَاَ يَّنْ مِّنْ قَرْيَةٍ اَهْلَكْنٰهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَا وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَّقَصْرٍ مَّشِيْدٍ

“Maka betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena (penduduk)nya dalam keadaan zalim, sehingga runtuh bangunan-bangunannya dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (tidak ada penghuninya).”
(Q.s. Al-Hajj: 45)

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Demikian beberapa bahaya dan  akibat buruk dari berbuat zalim. Mari kita berlindung kepada Allah dari perilaku zalim, baik zalim kepada sesama, kepada diri sendiri, maupun zalim kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana doa yang diajarkan Nabi Adam ‘alaihissalam.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. (Q.s. Al A’raf: 23)

Sebaliknya kita juga berdoa agar menjadi hamba Allah yang berakhlak baik, selalu takut akan dosa dan dikaruniai kelembutan hati. Aamin Ya Rabbal Alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

Khutbah Kedua

 

الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِه، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِه.

صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأعْوَانِه.

 أَمَّا بَعْدُ؛

فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوىَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. ((يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ))

((إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً))

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَات.

رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّاب.

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ، وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ، وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ، وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ، وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّاتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلَا يَرْحَمُنَا.

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْـمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن.

رَبَنَا آتِنَا في الدُنْياَ حَسَنَةَ وفي الآخِرَةِ حَسَنَةَ وقِنَا عَذَابَ النَّار

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

1 komentar untuk “Naskah Khutbah Jumat 15 Oktober 2021 Edisi 275, Ikadi DIY: AKIBAT BERBUAT ZALIM”

Tinggalkan Komentar