fbpx

IkadiDIY.com

Amalan Syakban

Syakban merupakan bulan ke-delapan dalam sistem penanggalan tahun Hijriyah. Tepat satu bulan sebelum Ramadhan. Wajar kalau kemudian Syakban dijadikan sebagai bulan menyiapkan segala persiapan dan perbekalan menuju penghulu bulan, yakni Ramadhan.

Namun kerap kali Syakban diabaikan karena diapit oleh dua bulan mulia, Rajab dan Ramadhan. Padahal Syakban adalah bulan diangkatnya amalan insan kepada Tuhan Pemilik Hari Pembalasan. Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Bulan Syakban adalah bulan yang seringkali dilupakan orang, karena ia terletak antara Rajab dan Ramadhan. Padahal bulan ini adalah bulan diangkatnya amal perbuatan kepada Tuhan Semesta Alam, aku pun menyukai pada saat amalku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasai, Ahmad dan Baihaqi).

Di antara amalan yang sangat dianjurkan di bulan Syakban untuk memperkuat keimanan sebagai persiapan menjemput datangnya bulan Ramadhan adalah Pertama, perbanyak doa. Sahabat Thalhah ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berdoa jika melihat hilal (bulan sabit), “Ya Allah munculkan bulan ini kepada kami dengan kemudahan dan keimanan, keselamatan dan ketundukan, Tuhanku dan Tuhanmu (wahai bulan) adalah Allah.” (HR. Tirmidzi).

Para Salafushshalih bahkan telah berdoa sejak enam bulan sebelum datangnya Ramadhan agar dapat bertemu Ramadhan. Ma’la bin Fadhl mengatakan, “Adalah para Sahabat berdoa kepada Allah SWT enam bulan sebelum datangnya Ramadhan, agar usia mereka sampai di bulan Ramadhan. Kemudian mereka berdoa kepada Allah SWT enam bulan setelah bulan Ramadhan, agar apa yang dilakukan di bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT.” (Lathaif Al Ma’arif).

Yahya bin Abi Katsir kemudian mengatakan, “Diantara doa para Salafushalih adalah“ Allahumma Sallimnii ilaa ramadhaan wa sallim lii ramadhaan wa taslimhu minnii mutaqobbala.” Ya Allah, selamatkanlah diriku hingga Ramadhan, ya Allah, selamatkanlah Ramadhan untuk diriku, ya Allah selamatkanlah bulan Ramadhan untukku sebagai amal yang diterima.”

Doa keberkahan Rajab dan Syakban yang kita baca di bulan Rajab lalu juga masih relevan dilantunkan. “Ya Allah ya Tuhan kami, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah usia kami (untuk menemui) Ramadhan.” (HR. Baihaqi).

Kedua, sucikan diri dengan memperbaharui tobat. Dari Abi Umamah Al Bahili ra, ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda, “Jika bulan Syakban telah datang, sucikanlah diri kalian dan perbaguslah niat kalian di dalamnya.”

Ternyata jika diri belum suci juga di bulan Syakban maka alamat berat beramal di bulan Ramadhan yang pahalanya berlipat-lipat. Fudhail bin Iyadh pernah menuturkannya, “bila engkau tidak mampu melakukan shalat malam dan tidak bisa melakukan puasa di siang hari, ketahuilah bahwa sesungguhnya engkau sedang terkurung dan terbelunggu oleh dosamu.” Maka Syakban mesti kita jadikan sebagai bulan untuk membersihkan segala dosa dan kesalahan dengan bertobat nashuha agar kita mampu beramal maksimal tanpa kesulitan di bulan Ramadhan.

Ketiga, perbanyak puasa sunnah. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan Aisyah ra., bahwa beliau mengatakan, “Saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan Syakban.” (HR. Bukhari Muslim). Dalam sebuah Hadis riwayat Anas bin Malik ra, ia berkata, ditanyakan, “Ya Rasulullah! puasa apakah yang paling afdhal? Beliau menjawab, “puasa Syakban adalah salah satu bentuk pemuliaan terhadap bulan Ramadhan.” (HR. Baihaqi).

Keempat, segera lunasi utang puasa (puasa qadha). Syakban juga bulan untuk menuntaskan utang puasa tahun lalu. Jangan sampai puasa yang tertinggal tahun lalu belum juga dilunasi malah sudah bertemu kembali puasa Ramadhan. Sudah seharusnya kita mengqodho puasa sesegera mungkin sebelum datang Ramadhan berikutnya. Namun kalau seseorang mempunyai kesibukan atau halangan tertentu untuk mengqadhanya seperti seorang ibu yang sibuk menyusui anaknya dan lain sebagainya, maka hendaklah ia lunasi utang puasa tahun lalu pada bulan Syakban. Sebagaimana Aisyah ra tidak bisa mengqadha puasanya kecuali pada bulan Syakban. Dari Abu Salamah, ia mendengar Aisyah ra mengatakan, “Aku dahulu punya kewajiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar utang puasa tersebut kecuali pada bulan Syakban.”  (HR. Bukhari Muslim).

Kelima, pelajari kembali Fiqih Ramadhan. Agar ibadah Ramadhan bisa optimal, diperlukan bekal wawasan dan tashawwur (persepsi) yang benar tentang Ramadhan dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Ilmu harus kita dahulukan sebelum beramal. Wajib bagi setiap muslim beribadah dilandasi ilmu. Karena syarat diterimanya ibadah di sisi Allah SWT adalah ketulusan niat dan benarnya pelaksanaan ibadah tersebut sesuai tuntunan syariat.

Akhirnya, semoga amalan yang menjadi persiapan menyambut Ramadhan ini, menghindarkan kita dari yaghfulunnas  (orang yang melalaikan) kesempatan bulan Syakban. Sehingga Ramadhan tahun ini lebih berkesan. Allahu musta’an

Alexander Zulkarnaen

Guru PAI SMAN 2 Medan

Ketua Deputi Humas IKADI SUMUT

Wakil Ketua Majelis Dakwah Al Washliyah SUMUT

Tinggalkan Komentar