JANGAN MELAKNAT ORANG YANG BERBUAT DOSA
Oleh: Ust. MA. Solihun
(Bidang Pendidikan dan Pesantren, PW IKADI DIY)
Download PDF Materi Khutbah Jumat Ikadi ini KLIK DISINI
اَلْحَمْدُ للهِ الْهَادِى إِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيم، اَلْآمِرِ بِالسُّلُوْكِ بِكُلِّ خُلُقٍ قَوِيْم، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ عَلَى فَضْلِهِ الْعَمِيْم.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْـحَلِيْمُ الْعَلِيم، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَبْعُوثَ بِالشَّرْعِ الْحَكِيْم، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرُسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ذِيْ خُلُقٍ عَظِيم، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَبْعَدَ النَّاسِ عَنْ كُلِّ خُلُقٍ ذَمِيْم، وَأَقْرَبَهُم اِلَى كُلِّ خُلُقٍ كَرِيْم.
أَمَّا بَعْد؛
فَياَ عِبَادَ الله، اِتَّقُوْا اللهَ وَأَطِيْعُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُون، قَالَ تَعَالَى: ((يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ))
Hadirin rahimakumullah,
Alhamdulillah, kita haturkan pujian kepada Allah Swt. Nikmat terbesar setelah iman, Islam, dan istikamah adalah kesehatan badan kita. Nikmat kesehatan pada seluruh panca indra dan kesehatan pada ruas-ruas tulang kita sehingga dapat melakukan aktivitas dengan baik; bekerja untuk kebahagiaan duniawi dan beramal untuk kebahagiaan ukhrawi merupakan nikmat yang besar.
Ucapan Alhamdulillah mesti diiringi dengan memperkuat kedekatan kepada Allah Swt. dan ketakwaan kepada-Nya. Kita paham bahwa di antara cara bersyukur yang benar adalah dengan mengoptimalkan ibadah kepada Allah Swt.
Hadirin rahimakumullah,
Pada kesempatan kali ini, izinkan saya menyampaikan satu buah hadis Nabi saw., yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dan Imam Abu Dawud dalam Sunannya. Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata. Aku mendengar Rasulullah saw. bercerita.
Dahulu, ada dua orang Bani Israil saling bersaudara. Satunya seringkali melakukan dosa dan satunya lagi ahli ibadah.
Seseorang yang ahli ibadah, seringkali melihat saudaranya itu melakukan dosa. Pada saudaranya ia katakan, “Hentikan (perbuatan dosamu).” Suatu hari, ia melihat saudaranya kembali melakukan suatu dosa. Dia berkata, “Hentikan!” Saudaranya itu menjawab, “Biarkanlah aku bersama Tuhanku; apakah kamu diutus untuk mengawasiku?” Dia menajwab, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu -atau- Dia (Allah) tidak akan memasukkan kamu ke Surga.”
Setelah itu, Allah mengambil ruh keduanya, hingga mereka berkumpul di sisi Rabb alam semesta. Kemudian Allah Swt. bertanya kepada yang ahli beribadah, “Apakah kamu mengetahui tentang Aku? Ataukah kamu berkuasa atas apa yang ada pada kedua tangan-Ku?” Allah juga berkata kepada seseorang yang berdosa, “Masuklah kamu ke surga karena rahmat-Ku.” Dan Dia berkata kepada yang satunya, (Wahai para Malaikat), “Bawalah ia masuk ke neraka.”
Abu Hurairah berkomentar, “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh ia berkata dengan satu kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya.”
Hadirin rahimakumullah,
Dari cerita Nabi saw. tersebut, terdapat beberapa pelajaran, di antaranya sebagai berikut.
Pertama, setiap orang mempunyai potensi untuk berbuat dosa, maksiat, dan kesalahan-kesalahan lainnya, baik disengaja mupun tidak, besar maupun kecil, nampak maupun tersembunyi.
Dalam menyikapi orang yang berbuat dosa, manusia berbeda-beda: ada yang keras, ada yang lembut, ada pula yang acuh. Ada yang mendukung, ada yang menolak, dan ada pula yang mengabaikan.
Satu hal yang harus diingat! Janganlah mencela seseorang yang berbuat dosa. Jangan membenci orangnya. Cela dan bencilah perbuatannya. Jangan sampai berani menjatuhkan vonis pasti masuk neraka. Sebab, Allah Swt. berkenan memaafkan siapa saja yang dikehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki.
Bisa jadi, seseorang yang nampak sebagai ahli surga, dia masuk neraka. Demikian pula, seseorang yang nampaknya ahli neraka, bisa jadi dia ahli surga.
Allah Swt. berkenan untuk membimbing dan memberi petunjuk kepada hamba yang dipilihnya untuk bertaubat, beristighfar, dan memperbaiki diri. Demikian halnya, Allah Swt. berkenan untuk menyesatkan siapa yang Dia kehendaki.
Hadirin rahimakumullah,
Oleh karena itu, hal yang harus dilakukan oleh seseorang ketika melihat saudaranya berbuat Dosa adalah:
- Ingatkan dengan cara yang baik -dengan tangan atau lisan- sekiranya berani dan mampu melakukan
- Kalau tidak mampu, cukup dengan hati. Yakni, mengingkari kemungkaran yang dilakukan oleh orang tersebut dan mengambil ibrah; betapa buruknya berlaku dosa dan maksiat.
- Tidak mencacinya, tidak pula menceritakan aibnya kepada orang Jangan sampai menyebarkan keburukannya kepada khalayak ramai. Allah Swt. berfirman, yang artinya, “Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terang-terangan, kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Q.s. An Nisa’: 148).
- Doakan orang yang berbuat dosa, agar Allah Swt. memberikannya hidayah sehingga ia bertaubat dan beristighfar kepada Allah Swt. Berdoalah pula untuk diri sendiri dan keluarga, agar Allah S menyelamatkan dari dosa-dosa.
Ibnu Mas’ud mengingatkan,
إِذَا رَأَيْتُمْ أَخَاكُمْ قَارَفَ ذَنْبًا، فَلَا تَكُوْنُوْا أَعْوَانًا لِلشَّيْطَانِ عَلَيْه، تَقُوْلُوْا: اَللَّهُمَّ اخْزِهِ، اَللَّهُمَّ الْعَنْهُ. وَلَكِنْ سَلُوْا اللهَ الْعَافِيَةَ، فَإِنَّا أَصْحَابَ مُحَمَّدٍ كُنَّا لَا نَقُوْلُ فِي أَحَدٍ شَيْئًا، حَتَّى نَعْلَمَ عَلَى مَا يَمُوْتُ. فَإِنْ خُتِمَ لَهُ بِخَيْرٍ، عَلِمْنَا أَنَّهُ قَدْ أَصَابَ خَيْرًا، وَإِنْ خُتِمَ لَهُ بِشَرٍّ، خِفْنَا عَلَيْهِ عَمَلَهُ
“Jika kalian melihat saudaramu berbuat dosa, janganlah menjadi penolong setan terhadapnya, dengan mengatakan, ‘Ya Allah hinakan dia, ya Allah laknatilah dia!’ Tetapi, mohonlah kepada Allah berupa keselamatan. Sungguh, kami para sahabat Muhammad saw. tidak pernah mengatakan sesuatu tentang seseorang, hingga kami mengetahui atas perkara apa dia meninggal. Jika ia ditutup (usianya) dengan kebajikan, maka kami mengetahui bahwa ia telah meraih kebajikan dan jika ditutup usianya dengan keburukan, maka kami mengkhawatirkan amalnya atasnya.”
(H.r. Abdurrazzaq dalam Mushannafnya)
Masih dalam Riwayat Abdurrazzaq, dari Abu Darda’. Suatu kali dia melewati seseorang yang berbuat dosa. Orang – orang yang (melihatnya) memakinya. Kemudian Abu Darda’ bertanya, “Apa pendapat kalian, sekiranya kalian mendapatinya masuk ke dalam sumur, bukankah kalian akan mengeluarkannya?” Mereka menjawab, “Benar.” Abu Darda’ berkata, “Karena itu, janganlah kalian memaki saudara kalian, dan pujilah Allah yang telah menyelamatkan kalian.” Mereka bertanya, “Apakah Anda tidak membencinya?” Abu Darda’ menjawab, “Aku hanya membenci amal perbuatannya. Jika ia meninggalkannya, maka ia adalah saudaraku.” Abu Darda’ berkata, “Berdoalah kepada Allah pada saat kamu bergembira, semoga Dia mengabulkanmu pada saat kamu menderita.”
Tentu, ini bukan berarti membiarkan orang yang berbuat dosa dengan meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Akan tetapi, semuanya harus dilakukan dengan baik, penuh hikmah, beradab, dan menjaga sunnah Nabi saw. dalam melakukannya.
Hadirin rahimakumullah,
Kedua, Allah Swt. Dzat Yang Maha Pengampun, dan Dia-lah yang berhak untuk mengampuni siapa saja yang dikehendaki, atau memberikan siksa kepada siapa yang Dia kehendaki. Manusia tidak punya hak itu menjatuhkan vonis kepada para pendosa. Tak layak kita mengatakan, “Allah tidak akan mengampunimu!”
Jundub bin Abdillah berkata, bahwa Rasulullah saw. bercerita,
أَنَّ رَجُلاً قَالَ: وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لِفُلاَنٍ. وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ ذَا الَّذِى يَتَأَلَّى عَلَىَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلاَنٍ؟ فَإِنِّى قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ.
“Ada seseorang berkata: Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan’. Kemudian Allah berfirman, ‘Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku, bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapuskan amalmu. (H.r. Muslim).
Di antara tindakan yang melampaui batas adalah ketika seseorang melihat saudaranya berbuat dosa, dia mencaci, mencela, dan memvonis sebagai ahli neraka.
Hadirin rahimakumullah,
Kita ini tidak diutus oleh Allah Swt. untuk menjatuhkan vonis kepada para pelaku dosa. Namun, setiap kita ditugaskan Allah Swt untuk saling mengingatkan dan saling menasihati satu dengan yang lainnya. Sekali lagi, tentu dengan cara yang baik dan memperhatikan sunnah Rasulullah saw. dalam memberikan nasihat.
Karenanya, dakwah diwajibkan oleh Allah Swt. kepada setiap hamba-Nya yang beriman. Kita berkewajiban melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar dengan niat beribadah kepada Allah Swt. Kita juga berkewajiban mengajarkan kebaikan dan mendekatkan orang lain agar melakukan kebaikan dan menjauh dari keburukan. Itu tugas yang mesti kita tunaikan dengan cara terbaik.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْم، وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَات، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَات، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْوَفَا.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه.
أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْن، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمْ.
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْم، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْم، فَقَالَ: ((إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا)).
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّد، وَعَلَى آلِ مُحَمَّد، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْم، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْم، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّد، وَعَلَى آلِ مُحَمَّد، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْم، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْم، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ.
اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاء، وَالْغَلَاء، وَالْوَبَاء، وَالْفَحْشَاء، وَالْمُنْكَر، وَالْبَغْي، وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَة، وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَن، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّة، وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْألُكَ الهُدَى، وَالتُّقَى، وَالعَفَافَ، وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ إِناَّ نَسْأَلُكَ عِلْمًا ناَفِعًا، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً.
اللَّهمَّ إِنَّا نَسْألُكَ الهُدَى والسَّدَاد.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَل، والبُخْلِ والهَرَم، وَعَذابِ القَبْر.
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَناَ تَقْوَاهَا، وَزَكِّها أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَع، وَمِنْ قَلْبٍ لا يَخْشَع، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَع، وَمِنْ دَعْوَةٍ لا يُسْتَجابُ لَهَا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ البَلاَء، وَدَرَكِ الشَّقَاء، وَسُوءِ القَضَاء، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاء.
اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَناَ دِيْنَناَ الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أمْرِناَ، وأصْلِحْ لَناَ دُنْيَاناَ الَّتي فِيهَا مَعَاشُناَ، وأصْلِحْ لَناَ آخِرَتِناَ الَّتي فِيهَا مَعَادُناَ، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَناَ في كُلِّ خَيْر، وَاجْعَلِ الْمَوتَ رَاحَةً لَناَ مِنْ كُلِّ شَرّ.
اللَّهُمَّ آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّار.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَان، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر.
أَقِيْمُوا الصَّلاَة