fbpx

IkadiDIY.com

DAKWAH RASULULLAH SAW KEPADA AL-WALID BIN AL-MUGHIRAH

DAKWAH RASULULLAH SAW KEPADA AL-WALID BIN AL-MUGHIRAH

Oleh: Ustadz Endri Nugraha Laksana, S.Pd.I (Abdulloh Sunono)

 

Kabilah al-Walid Bin al-Mughirah

Al-Walid Bin Al-Mughirah berasal dari Bani Makhzum, lahir di Mekah sekitar 95 tahun sebelum hijrah Nabawiyah, sehingga mempunyai selisih usia 45 tahun dengan Rasulullah SAW. Sejak lahir, dia mengetahui bahwa keluarganya tergolong paling mulia, paling tinggi, paling terhormat dan paling kaya di kalangan kaum Quraisy. Ayah dan saudaranya adalah pemimpin terhormat yang kedudukannya menyamai kedudukan para pemimpin Quraisy.

 

Ayahnya adalah al-Mughirah bin Abdillah, sosok lelaki yang memberi kesan kepada setiap orang dari Bani Makhzum untuk menasabkan diri kepadanya, hingga mempunyai gelar Al-Mughiri, sebagai kehormatan menisbatkan diri kepadanya.

 

Saudaranya, Hisyam bin al-Mughirah merupakan pemimpin Bani Makhzum dalam Harb al-Fijar, yaitu peperangan yang terjadi selama 4 tahun setiap bulan haram antara rumpun Kabilah Kinanah dan rumpun Kabilah Hawazin ketika Rasulullah masih remaja. Tatkala Hisyam meninggal, suku Quraisy menganggap hari kematiannya sebagai kehilangan besar sehingga dicatat dalam sejarah mereka. Pasar ditutup selama tiga hari karena kematiannya.

 

Saudaranya, –al-Faqih Bin al-Mughirah- adalah seorang kaya yang sangat dermawan pada masanya. Dia memiliki rumah yang disediakan untuk para tamu; siapapun boleh menempatinya tanpa meminta izin dan tanpa batas waktu.

 

Saudaranya yang lain adalah Abu Hudzaifah Bin al-Mughirah, salah seorang dari empat orang termulia yang ikut mengambil ujung kain yang digunakan untuk mengangkat Hajar Aswad untuk dikembalikan ke tempatnya di Ka’bah setelah terjadi banjir besar yang membuat Hajar Aswad berpindah dari tempatnya.

 

Saudaranya yang lain yang bernama Abu Umayyah Bin al-Mughirah mendapat julukan “Pemberi bekal bagi Musafir”.  Ia juga merupakan seorang ahli hikmah dari kalangan Quraisy.

 

Bani Makhzum menyumbangkan kepada kaum Quraisy 30 ekor kuda dalam peperangan Badr, padahal pasukan Quraisy secara keseluruhan hanya berkekuatan 70 ekor kuda. Ini berarti, hampir separuh pasukan berkuda kaum Quraisy merupakan kontribusi dari keluarga al-Walid bin al-Mughirah. Kekayaan mereka diantaranya dalam bentuk hewan ternak berupa 200 unta dan emas berjumlah ribuan dinar. Dalam perang Badr, mereka juga menyumbangkan bekal dan berbagai kebutuhan perang lainnya.

 

Prestasi Al-Walid Bin Al-Mughirah

Al-Walid bin al-Mughirah adalah orang pertama yang menghapuskan sumpah di masa Jahiliyah, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan hal itu dalam Islam.

 

Al-Walid Bin Al-Mughirah adalah orang pertama yang melepaskan sepatu dan sandal saat akan memasuki Ka’bah yang mulia di masa Jahiliyah, kemudian di masa Islam orang-orang melepaskan sandal-sandal mereka ketika memasuki Ka’bah.

 

Al-Walid Bin Al-Mughirah adalah orang pertama yang mengharamkan khamr terhadap dirinya di masa Jahiliyah dan memukul anaknya Hisyam karena meminumnya.

 

Al-Walid adalah orang pertama yang memotong tangan pencuri di masa Jahiliyah, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan Allah SWT menetapkan hukum tersebut di masa Islam.

 

Dengan kelebihan dan prestasinya, sampai-sampai Al-Walid Bin Al-Mughirah merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling mulia di tanah Makkah. Dan seandainya ada nabi yang diutus Allah SWT, mestinya dirinyalah yang paling berhak mendapatkan amanah itu. Diriwayatkan oleh Ibnu al-Mundzir dari Qatadah bahwa al-Walid bin al-Mughirah berkata: “Sekiranya apa yang dikatakan oleh Muhammad itu benar (bahwa al-Qur’an itu dari Allah), pasti al-Qur’an ini diturunkan kepadaku atau kepada Mas’ud ats-Tsaqifi.”             

 

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan:

 

وَقَالُوا لَوْلَا نُزِّلَ هَٰذَا الْقُرْآنُ عَلَىٰ رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ

Dan mereka berkata, ‘Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?’ (QS. Az-Zukhruf: 31)

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala melanjutkan firman-Nya:

 

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (Az-Zukhruf : 32)

 

Dakwah Rasulullah SAW kepada Al-Walid Bin Al-Mughirah

Orang kafir Quraisy kumpul di Daar an-Nadwah dan meminta kepada Al-Walid Bin Al-Mughirah untuk menemui Muhammad SAW dan menyampaikan kepada mereaka apa sebenarnya yang diinginkan oleh Muhammad SAW. Permintaan itu dipenuhi oleh Al-Walid dengan mendatangi Rasulullah SAW.

 

Ketika bertemu, al-Walid yang merasa dirinya jauh lebih tua dengan dengan kedudukan yang terhormat dan prestasi yang luar biasa; maka ia memulai pembicaraan dengan memberi nasihat kepada Rasulullah SAW dengan perkataan yang sangat lama. Rasulullah SAW sama sekali tidak berbicara dan tidak menyela. Beliau hanya diam dan mendengarkan pembicaraan Al-Walid.

 

Setelah Al-Walid berhenti berbicara, Rasulullah SAW bertanya, “Apakah anda sudah selesai berbicara?” Al-Walid menjawab, “Belum”, maka dia berbicara lagi dengan perkataan yang sangat lama. Begitulah berulang sampai beberapa kali, hingga Al-Walid berkata, “Sudah. Sekarang giliramu untuk bicara.”

 

Rasulullah SAW tidak berbicara apapun kecuali hanya membaca ayat Al-Qur’an:

 

حم (١) تَنْزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٢) كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (٣)

“Haa Miim, (Al Qur’an ini) diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan, bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui”

 

بَشِيرًا وَنَذِيرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آذَانِنَا وَقْرٌ وَمِنْ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ

“Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan. Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)”.

 

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ (٦)

“Katakanlah (Muhammad), “Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepadanya. Dan celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya)”

(QS. Fushshilat: 1-6)

 

Sampai pada ayat:

 

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah” (Fushshilat : 37).

 

Selesai membaca Surat Fushshilat dari ayat satu sampai ayat 37, kemudian RasulullahSAW melakukan sujud tilawah. Dan tidak ada lagi ucapan dari mulut Rasulullah SAW setelahnya.

 

Reaksi Al-Walid Bin Al-Mughirah

Para pemuka Quraisy sudah menanti hasil pertemuan antara Al-Walid Bin Al-Mughirah dengan Rasulullah Muhammad  SAW. Ketika bertemu Al-Walid, maka Abu Jahal berkata, “Wahai paman, sesungguhnya kaummu ingin mengumpulkan harta untukmu.

 

Untuk apa?” tanya al-Walid.

 

Untukmu. Karena engkau datang menemui Muhammad untuk menentang ajaran sebelumnya (ajaran nenek moyang).”

 

Al-Walid bin al-Mughirah menanggapi, “Orang-orang Quraisy tahu, kalau aku termasuk yang paling kaya di antara mereka.”

 

Ucapkanlah suatu perkataan yang menunjukkan kalau engkau mengingkari Alquran atau engkau membencinya”, kata Abu Jahal.

 

Al-Walid kemudian berkata,

 

وَمَاذَا أَقُوْلُ ؟ فَوَاللهِ ! مَا فِيْكُمْ رَجُلٌ أَعْلَمُ بِالْأَشْعَارِ مِنِّي، وَلاَ أَعْلَمُ بِرِجْزٍ وَلاَ بِقَصِيْدَةٍ مِنِي، وَلاَ بِأَشْعَارِ الْجِنِّ، وَاللهِ ! مَا يَشُبُّهُ الَّذِي يَقُوْلُ شَيْئًا مِنْ هَذَا،

Apa menurutmu yang harus kukatakan pada mereka? Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah kalian orang yang lebih memahami syair Arab daripada aku. Tidak juga pengetahuan tentang rajaz dan qashidahnya yang mengungguli diriku. Tapi apa yang diucapkan Muhammad itu tidak serupa dengan ini semua. Juga bukan sihir jin”

 

Al-Walid melanjutkan,

 

وَوَاللهِ ! إِنَّ لَقَوْلَهُ الَّذِي يَقُوْلُ حَلاَوَةً ، وَإِنَّ عَلَيْهِ لَطَلاَوَةً، وَإِنَّهُ لَمُثْمَرُ أَعْلاَهُ مُغْدَقُ أَسْفَلِهِ، وَإِنَّهُ لَيَعْلُوْ وَمَا يَعْلىَ، وَإِنَّهُ لَيَحْطَمَ مَا تَحْتَهُ

Demi Allah! Apa yang ia ucapkan (Alquran) itu manis. Memiliki halawatan (kenikmatan, baik, dan ucapan yang diterima jiwa). Bagian atasnya berbuah, sedang bagian bawahnya begitu subur. Perkataannya begitu tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya, serta menghancurkan apa yang ada dibawahnya.”

 

Perkataan Al-Walid Bin Al-Mughirah tentu saja membuat kaget para pemuka Quraisy. Mereka sangat khawatir jika Al-Walid akan mengikuti agama Muhammad. Maka Abu Jahal terus memaksa agar al-Walid mengatakan sesuatu yang bisa membuat orang-orang Quraisy ridha. Ia berkata, “Kaummu tidak akan ridha kepadamu sampai engkau mengatakan sesuatu yang buruk tentang Alquran itu.

 

“Jika demikian, tinggalkanlah aku biar aku berpikir dulu,” kata al-Walid.

 

Kesimpulan Yang Dibuat Al-Walid Bin Al-Mughirah

Setelah memerlukan waktu beberapa lama untuk berpikir, al-Walid mengatakan, “Benar, ucapan Muhammad itu hanyalah sihir yang berkesan, yang memberi bekas kepada yang lainnya.”

 

Kemudian Allah SWT berfirman,

 

ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا

“Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian” (Al-Muddatstsir : 11)

 

Hidayah Adalah Wewenang Allah SWT

Al-Walid Bin Al-Mughirah menerima dakwah secara langsung dari Rasulullah  SAW dengan mendengarkan  ayat Al-Qur’an yang Rasulullah bacakan. Al-Walid juga sudah mempunyai kesimpulan obyektif bahwa Al-Qur’an itu bukanlah syair, rajaz, qasidah atau sihir. Al-Qur’an adalah sesuatu yang indah, tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya.

 

Secara logika nalar, mestinya Al-Walid Bin Al-Mughirah menyambut seruan dakwah Rasulullah SAW dengan masuk Islam. Semua syarat telah terpenuhi. Tetapi apakah Al-Walid kemudian masuk Islam? Ternyata tidak. Al-Walid tidak masuk Islam, bahkan kemudian mengingkari Al-Qur’an dengan mengatakan bahwa al-Qur’an adalah ucapan Muhammad yang menyihir orang yang mendengarkannya.

 

Berikutnya Al-Walid memusuhi Muhammad SAW dengan seluruh kekuatan tenaga, pikiran dan juga harta kekayaannya. Sampai matinya, Al-Walid tidak masuk Islam. Dia mati dalam keadaan kafir seperti Abu Jahal.

 

Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajarang yang sangat berharga. Ternyata mereka yang didakwahi langsung oleh Rasulullah SAW tidak kemudian menerima dan masuk Islam. Karena yang berwenang membuka pintu hati seseorang adalah Allah SWT. Dia-lah yang memegang kunci hati manusia.

 

Allah SWT berfirman,

 

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya” (Al-Anfal : 24)

 

إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (Al-Qashash : 56)

 

Semoga kita selalu mendapatkan anugerah hidayah Allah ta’ala dan diberikan kekuatan untuk menjaga hidayah-Nya hingga ajal menjemput, Amin Ya Rabbal Alamin. Wallahu a’lam bish Shawab.

Tinggalkan Komentar