MENGUMPULKAN SEBANYAK-BANYAKNYA BEKAL
Oleh: Ust. Deden A. Herdiansyah, M. Hum
(Bidang Pendidikan dan Pesantren, PW IKADI DIY)
Download PDF Materi Khutbah Jumat Ikadi klik dibawah ini:
Download MS Word Materi Khutbah Jumat Ikadi klik dibawah ini:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الْإِنْسَانَ عَلَّمَهُ الْبَيَان، وَفَضَّلَهُ عَلَى سَائِرِ الْحَيَوَان، وَاخْتَصَّهُ بِالنَّهْيِ وَالْأَمْرِ وَالطَّاعَةِ وَالْعِصْيَان، وَفَضَّلَ هَذَا الدِّينَ عَلَى سَائِرِ الْأَدْيَان
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَه، وَلَا وَزِيرَ وَلَا مُشِيرَ وَلَا أَعْوَانَ، فَسُبْحَانَ الْمَلِكِ الدَّيَّان. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه، خُلَاصَةُ الْأَكْوَانِ ، وَسَيِّدُ وَلَدِ عَدْنَانَ
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَأَنْصَارِهِ وَأَحْزَابِهِ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَان
فَياَ عِبَادَ الله، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ الْـمُتَّقُون، قَالَ تَعَالَى:
((يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ))
Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,
Hakikatnya hidup ini adalah sebuah perjalanan. Hingga saat ini kita telah melewati banyak peristiwa dalam kehidupan kita. Namun, ujung perjalanan kita tetap saja tidak akan pernah terlihat. Betapa pun kita telah jauh melangkah, tetap saja ujung perjalanan kita masih dalam genggaman rahasia Allah. Kita terus melangkah dengan satu keyakinan, bahwa bagaimana pun kita akan sampai juga pada garis akhir perjalanan hidup ketika kematian hadir menjemput kita.
Dalam perjalanan hidup ini kita perlu mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya, karena kita tidak tahu seberapa panjang perjalanan yang akan kita tempuh. Kita semua harus berjuang agar bekal yang kita kumpulkan mencukupi untuk menemani perjalanan hingga sampai pada tujuan akhir, yaitu ridha dan rahmat Allah. Ketika bekal kita mencukupi untuk mencapai ridha dan rahmat Allah, maka artinya kita telah menempuh perjalanan dengan selamat. Namun, jika kita kehabisan bekal di tengah perjalanan menuju ridha dan rahmat-Nya, maka kesengsaraan yang akan kita rasakan, wal ’iyadzu billah.
Bekal yang kita butuhkan bukanlah segala pernak-pernik dunia, sebab semua itu justru tidak berguna di kehidupan setelah mati. Tetapi, bekal yang kita butuhkan adalah segala sesuatu yang bisa membuat Allah senang dan mencintai kita. Dia berupa amal saleh dan bersihnya diri kita dari kotoran-kotoran dosa.
Sejatinya, seorang mukmin selalu terdorong untuk melakukan berbagai kebaikan di sepanjang hidupnya hingga mampu mengantarkannya ke surga. Rasulullah bersabda:
لَنْ يَشْبَعَ مُؤْمِنٌ مِنْ خَيْرٍ حَتَّى مُنْتَهَاهُ الْجَنَّة
“Seorang mukmin tidak akan pernah merasa kenyang dari berbuat baik sampai dia berujung di surga.” (H.r. Muslim)
Dalam hadis tersebut, Rasulullah bahkan menggunakan ungkapan lan yasyba’ yang berarti ‘tidak akan pernah merasa kenyang’. Atau dalam ungkapan bebas, bisa juga dikatakan ‘rakus’. Orang-orang yang rakus adalah mereka yang tidak pernah merasa puas dengan sesuatu yang telah dinikmatinya. Begitulah seharusnya sikap seorang mukmin sejati terhadap amal salih; selalu “rakus” dan tidak pernah merasa puas dengan amal salih yang telah dilakukannya. Dia akan terus beralih dari satu kebaikan kepada kebaikan-kebaikan berikutnya.
Kita tentu meyakini bahwa hadirnya kita di dunia bukan sekadar untuk bermain-main dan bersenda gurau. Ada tujuan yang telah ditetapkan Allah atas hidup kita. Oleh sebab itulah kita memiliki jawaban yang jelas atas pertanyaan Allah dalam ayat berikut ini:
اَفَحَسِبْتُمْ اَنَّمَا خَلَقنٰكُمْ عَبَثًا وَّاَنَّكُم اِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu secara main-main (tanpa ada maksud), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
(Q.s. Al-Mu`minun: 115)
Benar, kita dihadirkan di dunia ini bukan tanpa maksud. Tujuan hidup kita di dunia ini adalah menyiapkan bekal perjalanan untuk menghadap Allah kelak. Jadi, hidup kita adalah ikhtiar untuk melakukan amal salih sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya, sebagai bekal perjalanan.
Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,
Agar kita sukses dalam mempersiapkan bekal, maka ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Pertama, berpegang teguh pada pedoman hidup, yaitu Al-Qur`an dan As-Sunnah. Dari keduanya kita dapat mengetahui apa yang seharusnya kita lakukan dan apa yang seharusnya kita hindari. Dari keduanya pula kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang disukai Allah dan yang tidak disukai-Nya. Kemudian dari semua hal yang disukai Allah itu pilihlah yang terbaik, karena hal itu akan membuat bekal kita semakin berkualitas.
Hayatilah bagaimana Al-Qur`an dan As-Sunnah menuntun kita pada berbagai amal salih. Ada berbagai pilihan amal salih yang dijelaskan oleh keduanya beserta fadhilah (keutamaan) yang bisa didapatkan dari amal-amal tersebut. Janganlah menjauh dari Al-Qur`an dan As-Sunnah, sebab hal itu akan membuat kita buta dan awam terhadap amal salih. Betapa banyak orang yang meninggalkan berbagai amal salih karena tidak mengetahuinya sebagai amal salih. Banyak orang yang meninggalkan berbagai sunnah Rasulullah, karena tidak mengetahui apa saja yang termasuk sunnah Rasulullah itu.
Kedua, fokus pada tujuan akhir dan jangan teralihkan perhatian kita pada pernak-pernik dunia. Meskipun dunia ini memang tampak indah dalam pandangan kita, tetapi kita harus yakin bahwa yang ada di ujung sana jauh lebih indah dari gemerlap dunia. Allah telah mengabarkan hal itu berkali-kali dalam firman-Nya. Di antaranya:
وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى ۗ
Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (Q.s. Al-A’la: 17).
وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰى ۗ
Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan.
(Q.s. Adh-Dhuha: 4).
Sayangnya ada banyak manusia yang lebih tertarik dengan “kenikmatan yang dekat”. Mereka ingin segera merasakan banyak kenikmatan di dunia dan meninggalkan kenikmatan yang jauh lebih besar di ujung sana. Mereka menukar sesuatu yang sangat berharga dengan sesuatu yang rendah nilainya.
كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ (٢٠) وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ (٢١)
Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu mencintai kehidupan dunia, dan mengabaikan (kehidupan) akhirat. (Q.s. Al-Qiyamah: 20-21).
Gambaran ayat tersebut seperti orang yang menempuh perjalanan dengan menaiki mobil mewah. Dia tidak membawa peta dan bekal. Dia juga lupa dengan tujuan perjalanannya. Dia justru hanya mengagumi kendaraan yang dinaikinya dan merasa betah untuk terus berada di dalamnya. Dia terus berputar-putar tanpa tujuan hingga akhirnya bahan bakar kendaraannya habis dan terpaksa dia harus berhenti. Saat itu terjadi dia baru sadar bahwa dia telah tersesat; berada di tempat yang tidak diketahuinya. Celakanya lagi dia tidak bisa melanjutkan perjalanan karena dia tidak memiliki bekal sedikit pun.
Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,
Demikianlah seharusnya seorang mukmin menapaki perjalanan hidupnya; bertemankan Al-Qur`an dan As-Sunnah sebagai peta atau petunjuk jalan dan berdampingan dengan amal salih sebagai bekal. Adapun dunia ini adalah kendaraan kita yang seharusnya bisa mengantarkan pada keridhaan Allah. Betapa pun indahnya “kendaraan” dunia ini, pada akhirnya kita akan keluar darinya ketika perjalanan di dunia ini berakhir.
Ketika hari-hari ini kita mendapati banyak sekali saudara-saudara kita yang telah menyelesaikan perjalanan hidupnya dan kembali menghadap Allah, kita semakin diingatkan tentang pentingnya mempersiapkan bekal. Sebagaimana dalam sebuah hadis,
كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا
“Cukuplah kematian sebagai pemberi nasihat.”
(H.r. Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dan Al-Qudha’i dalam Musnad asy-Syihab dengan sanad yang lemah)
Oleh sebab itu, sambil terus ber-muhasabah, kita memohon kepada Allah agar diberi kekuatan untuk istiqamah melakukan banyak amal salih sebagai bekal kita kelak di Yaumil Akhir.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم، أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْـمُسْلِمِيْنَ وَالْـمُسْلِمَاتِ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْه، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Khutbah Kedua:
الْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه
أَمَّا بَعْد؛
فَيَا عَبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلاَ تَـمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
َلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ، حَمْدَ النَّاعِمِيْنَ، حَمْدًا يُّوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَ لِكَ اْلكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِك
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَـجِيْد، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْن، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعَيْن، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنـِّكَ وَكَرِمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْن
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلَامَ وَالْـمُسْلِمِين، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْن، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْن، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِناً مُطْمَئِنّاً وَسَائِرَ بِلَادِ الْـمُسْلِمِيْن، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن
اَللَّهُمَّ فَرِّجْ هَمَّ الْـمَهْمُوْمِين، وَنَفِّسْ كَرْبَ الْـمَــكْرُوْبِين، وَاقْضِ الدَّيْنَ عَنَ الْـمَدِيْنِيْن، وَاشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَى الْـمُسْلِمِين
اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ أَئْمَّتَنَا وَوُلَاةَ أَمْرِنَا، وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَـمِيْن
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا، وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَه، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَه، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَه، وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. والْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن