fbpx

IkadiDIY.com

SEJARAH PERKEMBANGAN LITERATUR ILMU MUSTHOLAH AL-HADITS (Bagian 1)

SEJARAH PERKEMBANGAN LITERATUR ILMU MUSTHOLAH AL-HADITS (Bagian 1)

Oleh: Achmad Dahlan, Lc., MA.

 

Literatur dalam ilmu Mustholah al-Hadits dalam bentuk yang terstruktur seperti yang kita lihat saat ini tentu melalui proses dan perkembangan selama berabad-abad. Pada awalnya, perhatian para ahli hadis lebih tertuju pada kodifikasi hadis sebagai usaha pelestariannya agar tidak hilang. Sejalan dengan berjalannya waktu, muncul kebutuhan untuk menuliskan kaidah-kaidah periwayatan hadis yang sebelumnya sudah menjadi bagian dari praktik yang diketahui bersama. Jadi, sebenarnya kaidah-kaidah dalam ilmu Mustholah al-Hadits bukanlah teori yang tiba-tiba dimunculkan, akan tetapi lebih merupakan bentuk strukturalisasi dari tata cara yang disepakati dalam kegiatan periwayatan hadis yang sudah berlangsung selama berabad-abad.

 

Bisa dikatakan bahwa para shahabat menjadi yang pertama kali mengaplikasikan kaidah periwayatan dalam rangka memastikan sumber suatu hadis. Mereka mengajarkan untuk menguji krediblitas perawi sebagai pembawa berita yang mengatasnamakan Rasulullah. Maka hadis tidak bisa diterima dari semua orang, sebelum benar-benar diketahui bahwa pembawa berita tersebut mempunyai kredibilitas untuk menyampaikannya. Ini merupakan cikal bakal sanad yang menjadi barometer diterima atau ditolaknya sebuah hadis.

 

Dalam mukadimah Shahih Muslim diriwayatkan:

 

جاءَ بُشيرٌ العَدَوِيُّ إلى ابْنِ عبَّاسٍ، فَجَعَلَ يُحَدِّثُ، ويقولُ: قالَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، قالَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، فَجَعَلَ ابنُ عبَّاسٍ لا يَأْذَنُ لِحَديثِهِ، ولا يَنْظُرُ إلَيْهِ، فقالَ: يا ابْنَ عبَّاسٍ، مالِي لا أراكَ تَسْمَعُ لِحَديثِي، أُحَدِّثُكَ عن رَسولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، ولا تَسْمَعُ، فقالَ ابنُ عبَّاسٍ: إنَّا كُنَّا مَرَّةً إذا سَمِعْنا رَجُلًا يقولُ: قالَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، ابْتَدَرَتْهُ أبْصارُنا، وأَصْغَيْنا إلَيْهِ بآذانِنا، فَلَمَّا رَكِبَ النَّاسُ الصَّعْبَ، والذَّلُولَ، لَمْ نَأْخُذْ مِنَ النَّاسِ إلَّا ما نَعْرِفُ.

 

“Basyir al-Adawi mendatangi Ibnu Abbas, kemudian ia menyampaikan hadis, dan berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda; sedangkan Ibnu Abbas tidak mendengarkan hadis yang disampaikannya, bahkan tidak mau melihatnya. Basyir kemudian berkata: “Wahai Ibnu Abbas, mengapa engkau tidak mau mendengarkan hadis yang aku sampaikan. Aku menyampaikan hadis dari Rasulullah, dan engkau tidak mau mendengarnya? Ibnu Abbas berkata: ”Suatu masa dahulu, apabila kami menderngar seseorang berkata: ”Rasulullah saw bersabda, kami memperhatikannya dengan mata kami, dan mendengarkannya dengan telinga kami. Akan tetapi setelah orang-orang melakukan segala hal, yang baik dan yang buruk, maka kami tidak menerima hadis Nabi kecuali dari orang yang kami kenali (reputasinya).” (H.r. Muslim)

 

Bersamaan dengan munculnya sanad, lahir ilmu yang disebut dengan Al-Jarh wa at-Ta’dil, yaitu ilmu yang membahas mengenai kaidah yang digunakan untuk menilai status perawi hadis, untuk menilai kredibilitasnya dalam meriwayatkan hadis. Kemudian muncul berbagai pembahasan dalam ilmu hadis, baik dari sisi ketersambungan sanad, ke-dhabith-an perawi, kaidah meriwayatkan hadis (menerima dan menyampaikannya), penelitian terhadap matan hadis dari sisi maknanya, dari hukum yang terkandung di dalamnya dll. Dan semua ini pada awalnya disampaikan secara lisan dari guru kepada murid-muridnya.

 

Dengan semakin banyaknya orang yang terlibat dalam aktifitas periwayatan hadis dan banyaknya hadis yang disampaikan melalui jalur-jalur sanad yang beragam maka pembahasan dalam ilmu hadis juga semakin berkembang dan muncul kebutuhan untuk menuliskannya dalam karya-karya yang bisa diakses dan dipelajari secara luas. Pada awalnya pembahasan dan kaidah dalam ilmu hadis terserak di berbagai buku-buku yang bercampur dengan bidang ilmu lain, seperti ilmu-ilmu Ushul Fikih, kitab hadis, biografi perawi hadis, kitab tafsir dll.

 

Diantara contoh buku yang di dalamnya membahas beberapa pembahasan ilmu hadis dan bercampur dengan kajian Ushul Fikih dan Fikih adalah kitab ar-Risalah karya Imam Syafi’i (wafat 204 H). Dalam buku ini, Imam asy-Syafi’i membahas beberapa tema dalam Mustholah al-Hadits, diantaranya: syarat hadis shahih, argumentasi diterimanya hadis walaupun hanya diriwayatkan oleh seorang perawi, disyaratkannya hafalan yang baik seorang perawi, meriwayatkan hadis dengan maknanya saja, perawi Mudallis, hadis Munqathi’, hadis Mursal dll.

 

Demikian juga Imam Muslim (wafat 261 H) dalam mukaddimah kitab Shahih Muslim menjelaskan mengenai kewajiban meriwayatkan hadis dari perawi yang tsiqah, ancaman meriwayatkan hadis palsu, larangan menyampaikan semua hadis yang pernah di dengarnya tanpa seleksi, kesalahan-kesalahan para perawi dalam meriwayatkan hadis, diterimanya hadis yang diriwayatkan dengan shighat ’an dll.

 

Pada era ini juga terdapat sebuah buku kecil yang ditulis Imam Abu Dawud (wafat 275 H) dalam rangka merespon penduduk Makkah yang bertanya mengenai kitab Sunan Abu Dawud dimana beliau menjelaskan beberapa pembahasan dalam ilmu Mustholah al-Hadits seperti pembahasan mengenai meringkas hadis, menggunakan hadis Mursal sebagai dalil, hadis Munkar dll.

 

Imam at-Tirmidzi (wafat 290 H) juga menulis kitab al-‘Ilal ash-Shaghir yang di dalamnya ada beberapa pembahasan seperti: perbedaan Akhbarana dan Haddatsana, al-Munawalah, al-Ijazah, hadis Mursal, sanad Gharib dll.

 

Selain para imam hadis yang sudah disebutkan diatas, terdapat juga Imam Ibnu Hibban (wafat 354 H) yang menulis kitab ats-Tsiqat dan al-Majruhin mengenai perawi yang tsiqah dan perawi yang lemah, dan dalam mukaddimahnya beliau membahas beberapa kaidah dalam periwayatan hadis. Juga Imam ath-Thahawi (wafat 321 H) menulis buku kecil mengenai perbedaan antara hadis dan khabar, dan perbedaan antaran hadis Mu’an’an dan hadis Muannan. Juga terdapat nama-nama lain yang tidak mungkin disebut semuanya dalam tulisan ringkas ini.

 

Hingga akhirnya pada pertengahan abad hijriyyah, bersamaan dengan berkembangnya berbagai bidang kajian ilmu-ilmu Islam, ilmu Mustholah al-Hadits mulai menuju kematangannya dan ditulis secara terpisah dari ilmu-ilmu lain. Berdasarkan manuskrip yang sampai kepada kita, orang yang oleh para ulama dianggap sebagai yang pertama kali menyusun buku Mustholah al-Hadits secara terpisah adalah al-Qadhi Abu Muhammad Hasan bin Abdurrahman bin Khalad ar-Ramahurmuzi (wafat 360 H) dalam buku yang diberi judul al-Muhaddits al-Fashil baina ar-Rawi wa al-Wa’i. Setelahnya, bermunculan buku-buku yang lain yang semakin menguatkan bangunan ilmu ini hingga zaman sekarang.

 

Kitab-kitab Mustholah al-Hadits Sepanjang Sejarah

 

1. Al-Muhaddits al-Fashil baina ar-Rawi wa al-Wa’i

Disusun oleh Qadli Abu Muhammad al-Hasan bin Abdurrahman bin Khalad ar-Ramahurmuzi (wafat 360 H). Walaupun belum mencakup semua pembahasan tentang ilmu hadis, buku ini dianggap sebagai yang pertama yang paling lengkap dan terpisah dari pembahasan ilmu lainnya. Diantara tema yang dibahas dalam buku ini adalah: sanad al-‘Ali, sanad an-Nazil, riwayat hadis dengan makna, mudzakarah al-hadits dll .

 

2. Ma’rifah ‘Ulum al-Hadits

Ditulis oleh Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Hakim an-Naisaburi (wafat 405 H). Buku ini ditulis secara sistematis dan membahas hampir seluruh pembahasan dalam ilmu Mustholah al-Hadits.

 

3. Al-Mustakhraj ‘ala Ma’rifah ‘Ulum al-Hadits

Disusun oleh Abu Nu’aim Ahmad bin Abdullah al-Ashbahani (wafat 430 H). Buku ini melengkapi kaidah-kaidah yang dibahas al-Hakim dalam buku diatas, walaupun belum mencakup seluruh pembahasan dalam ilmu hadis.

 

4. Al-Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah dan Al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi wa Adab as-Sami’

Disusun oleh Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit terkenal dengan gelar al-Khathib al-Baghdadi/orator kota Baghdad (wafat 463 H). al-Kifayah merupakan kitab yang mencakup banyak pembahasan dalam ilmu hadits. Sedangkan al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi membahas adab dan kaidah dalam meriwayatkan hadis. Al-Khathib juga mempunyai beberapa buku lain dalam berbagai cabang ilmu hadis.

 

-bersambung-

Tinggalkan Komentar