Assalamualaikum Ustadz, izin bertanya, mohon dijawab karena ini sangat menyiksa saya. Saya menderita rasa was-was. Semua hal, seperti mandi wajib, bersuci, salat, syirik, akidah, murtad, selalu saya pandang dengan rasa was-was. Akhir-akhir ini saya sedang was-was dengan syirik. Setiap saya merasa syirik, saya mandi wajib dan bersyahadat ulang karena takut murtad.
Nah ustadz, sekarang saya kepikiran, saya dulu pernah seperti meremehkan salawat, dan tidak saya tampik bahwa saya yakin itu berasal dari diri saya, seperti “kenapa sih orang-orang salawat” atau “kenapa harus cinta pada Nabi Muhammad.” (Itu saya lakukan sebelum saya was-was, karena rasa was-was saya kadang hilang, kadang timbul. Pikiran-pikiran itu muncul ketika tidak sedang merasa was-was).
Sekarang, saya sangat menyesal dan saya mandi wajib lagi. Saya syahadat lagi. Pertanyaan saya ustadz, apakah saya sudah murtad? Dan, apakah saya wajib ganti puasa dan qadha salat (dari baligh sampai sekarang)? Terima kasih Ustadz, sekali lagi mohon jawabannya. Soalnya saya sangat putus asa.
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Terima kasih atas pertanyaan yang disampaikan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, marilah kita memahami terlebih dahulu hadits berikut ini. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ
“Tinggalkanlah yang meragukanmu lalu ambillah yang tidak meragukanmu.’” (H.r. Tirmidzi dan An-Nasa’i. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih).
Hadits ini mempunyai makna bahwa Agama Islam tidak menghendaki umatnya memiliki perasaan ragu dan bimbang. Jika seseorang menginginkan ketenangan dan ketentraman, tinggalkanlah keraguan dan buanglah jauh-jauh keraguan itu, terutama setelah selesai melaksanakan suatu ibadah sehingga seorang muslim tidak merasa gelisah.
Dalam kaitan dengan yang Anda alami, akan lebih baik Anda mulai berlatih untuk membuang segala bentuk keraguan, dengan beberapa cara berikut ini.
- Meyakini dan mengimani bahwa Allah Swt. Mahakasih dan Mahasayang kepada hamba-Nya. Dan hanya Allah yang Maha Sempurna.
- Sadarilah bahwa manusia bukanlah makhluk yang sempurna; pasti ada kesalahan, khilaf, dan lupa.
- Allah Maha Tahu dan Mengampuni jika manusia lupa dan khilaf. Rasulullah Saw. bersabda:
إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي: الخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ
“Sesungguhnya Allah memaafkan umatku ketika ia tidak sengaja, lupa, dan dipaksa.” (Hadits hasan, H.r. Ibnu Majah, Al-Baihaqi)
- Membaca doa sebelum melakukan ibadah atau amaliyah lain. Terutama membaca basmalah dan ta’waudz (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ) untuk meminta perlindungan kepada Allah Swt.
- Kerjakan ibadah dengan benar sesuai dengan syariat yang diajarkan Islam.
- Setelah itu bacalah doa, yaitu hamdalah, sebagai rasa syukur bahwa ibadah dan pekerjaan kita telah selesai.
- Tidak perlu Anda mengungkit-ungkit ibadah atau amaliyah yang telah ditunaikan, serahkan semuanya kepada Allah Swt. (tawakkal).
- Jika pekerjaan telah selesai, sibukkan diri kita untuk mengerjakan pekerjaan berikutnya. Bukan menyibukkan diri dengan keraguan.
فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ
“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)” (Q.s. Al-Insyirah: 7).
- Teruslah berlatih dan memohon kepada Allah Swt., sampai keraguan hilang dalam diri Anda.
Perlu juga dipahami bahwa sesuatu yang terbersit dalam hati atau bisikan hati tidak di-hisab oleh Allah di akhirat dan tidak dianggap sebagai dosa selama tidak diyakini -jika berupa keyakinan-, atau diucapkan -jika berupa ucapan- atau dilakkukan -jika berupa perbuatan-. Sesuai hadis Nabi:
إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي مَا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا مَا لَمْ تَعْمَلْ أَوْ تَتَكَلَّمْ
Artinya: “Sesungguhnya Allah memaafkan apa yang dikatakan oleh hati mereka, selama dia tidak melakukan atau pun mengatakannya.” (Hr. Al-Bukhari)
Wallahu A’lam
Dijawab oleh: Ust. Endri Nugraha Laksana, S.Pd.I, M.H