Assalamualaikum Ustadz, Izin saya mau bertanya:
Saya adalah seorang wanita yang bekerja sebagai guru ASN. Dalam pekerjaan saya, adakalanya saya mendapat tugas kedinasan keluar kota, minimal satu kali dalam setahun. Itupun tidak lebih dari 6 hari. Namun suami saya sering melarang dengan alasan yang kurang jelas. Apabila saya menjelaskan posisi saya, suami sering memukul atau bahkan memaki saya dengan kata-kata yang menyakitkan. Sebagai ASN, saya sudah disumpah jabatan untuk menjalankan tugas dan kewajiban sebagai PNS, salah satunya tentu tugas kedinasan.
Pertanyaan saya, manakah yg harus saya jalankan; menuruti perintah suami atau menjalankan tugas krn sudah disumpah jabatan? Apakah saya berdosa apabila saya tetap menjalankan tugas kedinasan sekalipun suami marah-marah? Sebagai catatan bahwa suami saya pengangguran, sama sekali tidak bekerja. Sehingga membicarakan dengan suami tentang pekerjaan, sangat sulit disepahamkan.
Mohon bimbingannya ustadz. Jazakumullah khairan katsira
Wassalamualaikum wr wb.
Walaikumussalam Warahmatullah Wabarakatuh
Dalam kondisi ideal, seorang suami adalah pemimpin bagi isterinya dan mempunyai kewajiban untuk menafkahi isterinya. Allah SWT berfirman:
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (An-Nisa Ayat 34).
Tetapi kondisi rumah tangga anda berada dalam kondisi yang tidak ideal. Maka ada beberapa catatan yang harus diperhatikan.
1. Kehidupan Di Dunia Tidak Selalu Berjalan Ideal
Kita harus memahami dan menyadari bahwa kehidupan di dunia tidak selalu berada dalam kondisi ideal. Bahkan apa yang menjadi keinginan semua manusia hidup di dunia, tidak selalu terwujud dalam kehidupannya. Karena memang manusia mempunyai keinginan, tetapi Allah SWT juga mempunyai kehendak. Dan tentunya kehendak Allah lebih kuat.
وَٱللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰٓ أَمْرِهِۦ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“ Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya”. (Yusuf Ayat 21)
Demikian pula di dalam berkeluarga, seringkali ditemukan kondisi yang tidak ideal atau tidak sesuai dengan keinginan kita. Kondisi tidak ideal anda sekarang ini adalah suami menganggur dan tidak memahami pekerjaan anda sebagai ASN.
2. Ridha Dengan Kehendak Allah SWT
Sikap kita yang benar terhadap kehendak Allah SWT adalah Ridha. Kadang kehendak Allah sesuai dengan apa yang kita inginkan, maka kita mensyukurinya. Terkadang kehendak Allah jauh dari keinginan kita, maka kita bersabar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Apapun yang menjadi kehendak Allah SWT, kewajiban kita adalah ridha yaitu menerima kenyataan dengan sepenuh hati, ikhlas menerimanya dan bersikap dengan benar terhadap apa yang menjadi kehendak Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
“Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai sebuah kaum niscaya Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Maka barangsiapa yang ridha (dengan ketetapan Allah –pent), maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang tidak ridha, maka Allahpun tidak akan ridha kepadanya.” (HR. At-Turmudzi)
Fakta yang terjadi sekarang dalam rumah tangga anda merupakan takdir yang menjadi kehendak Allah SWT. Semua terjadi di luar keinginan dan di luar rencana kita. Allah yang menguji kita dengan keadaan sekarang ini. Maka kita harus ridha dengan kenyataan dan sabar dengan keadaan.
3. Dahulukan kewajiban daripada menuntut hak
Sikap yang benar di dalam kehidupan berkeluarga adalah kita dahulukan memenuhi kewajiban kita, sebelum menuntut hak kita. Itulah nasihat Salman Al-Farisi kepada sahabatnya Abu Darda’. Salman berkata:
فَأَعْطِ كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ
Maka penuhilah masing-masing hak tersebut. (HR. Bukhari no. 1968).
Jika hak kita belum terpenuhi, maka kita berusaha sekuat tenaga membantu pasangan kita untuk mampu menjalankan kewajibannya; sehingga perlahan-lahan hak kita akan terpenuhi. Walaupun suami anda belum memenuhi kewajibannya terhadap anda, maka anda harus tetap memenuhi kewajiban anda terhadap dia.
4. Isteri mempunyai kewajiban taat kepada suami
Kewajiban utama seorang isteri adalah taat kepada suaminya. Rasulullah saw telah bersabda:
إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا؛ قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita tersebut, “Masuklah ke surga melalui pintu manapun yang engkau suka.” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban dalam Shahih al Jami’).
Maka alangkah baiknya anda berusaha sekuat tenaga untuk taat kepada suami anda. Jika dia tidak menginginkan anda untuk bepergian dalam rangka tugas kantor, maka anda tetap mentaatinya; walaupun dengan resiko kredibilitas anda di kantor kurang baik. Sedangkan kewajiban yang lain bagi seorang isteri sebagaimana sabda Rasulullah saw:
حَقُّ الزَّوْجِ عَلَى الزَّوْجَةِ اَنْ لاَ تَهْجُرَ فِرَاشَهُ وَ اَنْ تَبِرَّ قَسَمَهُ وَ اَنْ تُطِيْعَ اَمْرَهُ وَ اَنْ لاَ تَخْرُجَ اِلاَّ بِأِذْنِهِ وَ اَنْ لاَ تُدْخِلَ عَلَيْهِ مَنْ يَكْرَهُ
“Haknya suami atas istrinya ialah : Agar istri tidak meninggalkan tempat tidur suaminya, berbuat baik pada waktu bagiannya, menthaati perintahnya, tidak keluar kecuali dengan izin (suami)nya dan tidak memasukkan orang yang dibenci oleh suaminya“ [HR. Thabrani]
5. Komunikasi
Hubungan antara suami-isteri digambarkan dengan kalimat yang singkat, yaitu: عَنْ تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ: Dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya
Maknanya adalah prinsip hubungan suami isteri adalah keduanya sama-sama senang dan dimusyawarahkan dengan komunikasi yang baik. Maka usahakan selalu membangun komunikasi dengan suami tentang berbagai hal, dalam masalah sekarang, terutama masalah pekerjaan. Komunikasi yang baik, tentu saja, diawali dengan prolog yang baik. Tidak mencela, tidak menghakimi, dan tidak menutup masukan.
Puncak keberhasilan komunikasi suami-isteri adalah keduanya merasa nyaman dan tenang. Bisa jadi, selama ini sebenarnya suami anda cemburu jika anda bepergian. Bisa jadi, selama ini suami anda tidak suka anda berdandan rapi saat ke kantor, sementara di rumah berpenampilan lusuh. Bisa jadi, selama ini sebenarnya suami hanya membutuhkan sedikit layanan dan perhatian untuk menenangkan perasaan. Semuanya membutuhkan komunikasi.
Komunikasi juga bisa dilakukan kepada pimpinan di kantor anda, supaya sejak awal pimpinan anda mengetahui persoalan yang anda hadapai. Sehingga pimpinan memaklumi dan syukur jika malah dapat memberikan alternatif solusi.
6. Membantu Pasangan Menunaikan Kewajiban
Sebaiknya kita membantui pasangan kita untuk dapat menunaikan kewajibannya. Jika suami anda menganggur dan tentu saja tidak punya pekerjaan, maka kita berusaha sekuat tenaga mendampingi dia untuk bisa mendapatkan pekerjaan dan mempunyai penghasilan.
Dalam masalah pendampingan, kita harus menyadari sepenuhnya bahwa prosesnya tidak tiba-tiba berhasil, tetapi seringkali membutuhkan waktu yang lama. Juga tidak perlu membayangkan suami mendapatkan pekerjaan yang mentereng, tetapi disesuaikan dengan keadaan dan kapasitas dirinya. Apalagi awal bekerja. Kita menghargai proses, tidak tiba-tiba ingin hasil yang luar-biasa.
Tugas pendampingan yang berat adalah:
a. Memberikan motivasi kepada suami supaya tidak putus asa mencari pekerjaan dan penghasilan
b. Memberikan ide dan usulan bentuk usaha atau tempat-tempat yang bisa dijadikan sumber penghasilan
c. Memberikan dorongan jika usahanya gagal
d. Jika diperlukan bisa membantu membuatkan proposal atau sejenisnya
e. Jika diperlukan mengantarkan suami menuju pintu-pintu rejeki
f. Semua dilakukan dengan kelembutan dan kasih-sayang. Karena lelaki akan menyerah dengan kelembutan dan kasih-sayang
g. Berdoa kepada Allah supaya jerih-payah suami mendapatkan hasil yang terbaik
7. Kehidupan Keluarga Membutuhkan Keseimbangan
Jika ada satu roda mobil berjalan lebih cepat dari roda yang lainnya, maka mobil itu akan selip dan akan terjadi kecelakaan. Maka keempat roda mobil harus berjalan seiring dengan kecepatan yang sama. Demikian pula di dalam kehidupan berkeluarga. Jika melaju karier anda di kantor sehingga gaji dan jabatan anda selalu naik. Sementara suami tertinggal jauh dengan tetap menganggur dan tak jelas aktivitasnya.
Jika kondisi ini terus berlangsung tanpa dikendalikan, maka rumah-tangga anda berjalan deras menuju jurang kehancuran. Maka, berusahalah sekuat tenaga untuk menyelaraskan roda kehidupan berkeluarga. Jangan berputar terlalu cepat, jika roda yang lain masih berjalan lambat.
Wallau A’lam
Dijawab oleh: Ust. Endri Nugraha Laksana, S.Pd.I, M.H