MASA MUDA
Oleh: Denis Arifandi Pakih Sati, Lc., M.Hum
“Manfaatkan lima hal sebelum lima hal,” Sabda Nabi Muhammad Saw, sebagaimana diriwayatkan al-Hakim dalam al-Mustadrak (4/ 41) hadits ke-7846). Salah satunya adalah “Masa Mudamu sebelum Masa Tuamu.” Dalam riwayat al-Turmudzi dijelaskan, bahwa kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser, sampai ditanyakan tentang 4 hal.” Salah satunya tentang “Masa Mudanya untuk apa dihabiskannya.” Salah satu pemuda yang akan mendapatkan naungan Allah SWT kelak, ketika hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya adalah Pemuda yang tumbuhan dalam beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
Masa muda adalah puncak, yang berada di antara dua masa lemah, yaitu lemah al-Thufulah (masa kecil) dan lemah al-Syaikhukhah (masa tua).
Mush’ab bin Umair; pemuda yang tumbuh dari keluarga berada dengan segala fasilitas lengkap di zamannya. Jikalau melewati jalan-jalan di Makkah, orang akan lansung tahu bahwa jalan itu sudah dilalui Mush’ab dengan bau Parfum mahalnya yang masih tersisa. Ia memutuskan hijrah meninggalkan Negerinya ke Madinah. Dan tidak sampai setahun, tidak ada satu rumah pun di Madinah kecuali suara al-Quran berkumandang di dalamnya.
Usamah bin Zaid, diperintahkan oleh Nabi Muhammad Saw untuk memimpin pasukan di usianya yang masih 18 tahun. ‘Itab bin Usaid, diperintahkan untuk menggantikan posisi kepemimpinan di Madinah ketika beliau berangkat ke Hunain; usianya ketika itu baru 25 tahun. Muadz bin Jabal dijadikan Qadhi oleh Nabi di Yaman ketika usianya belum 30 tahun. Sibaiwaihi meninggal ketika usianya baru 32 tahun, dengan meninggalkan karya terkenalnya. Muhammad bin al-Qasim al-Tsaqafy menaklukkan negeri-negeri di al-Sind dan al-Hind, yang mencakup di antaranya India, Bangladesh, dan Pakistan, ketika usianya baru 17 tahun. Muhammad al-Fatih menalukkan Konstatinopel ketika usianya belum mencapai 20 tahun.
Masa Muda itu bercirikan semangat dan cita tinggi, tidak rela hidup di sudut kehidupan, tanpa kontribusi dan visi.